Analisis SWOT Bisnis Kosmetik di Indonesia

Analisa SWOT bisnis kosmetik

Halo, Mitra Adev! πŸ‘‹

Kalau Anda sedang berencana membangun bisnis kosmetik atau bahkan sudah mulai merancang ide produk pertama Anda, maka Anda berada di jalur yang tepat!

Di tengah tren kecantikan yang terus berkembang dan masyarakat semakin sadar akan kualitas produk, industri kosmetik masih menjadi salah satu bidang usaha yang menjanjikan.

Tapi sebelum terlalu jauh melangkah, ada baiknya kita bersama-sama menggali lebih dalam apakah bisnis ini benar-benar layak untuk Anda jalankan.

Salah satu cara paling efektif untuk menilai peluang dan tantangan sebuah bisnis adalah dengan melakukan analisis SWOT.

πŸ” Apa Itu Analisis SWOT?

SWOT adalah singkatan dari Strengths (Kekuatan), Weaknesses (Kelemahan), Opportunities (Peluang), dan Threats (Ancaman). Ini adalah metode analisis strategis yang digunakan untuk mengevaluasi faktor internal dan eksternal yang bisa memengaruhi kesuksesan sebuah bisnis.

Dengan SWOT, Anda bisa memprediksi risiko, memanfaatkan peluang, dan menyusun strategi yang lebih efektif.

Yuk, kita bahas satu per satu!

Analisis SWOT Bisnis Kosmetik

πŸ’ͺ Strengths – Apa Saja Kekuatan Bisnis Kosmetik?

Pertama-tama, mari kita lihat mengapa bisnis kosmetik punya potensi besar untuk berkembang di Indonesia:

1. Pasar Kosmetik yang Luas dan Terus Berkembang

Industri kecantikan adalah salah satu industeri dengan pangsa pasar terbesar di dunia. Orang-orang semakin peduli pada penampilan, kesehatan kulit, dan konsep self-care. Tren ini didukung oleh gaya hidup modern dan meningkatnya kesadaran akan pentingnya kualitas produk.

Data menunjukkan bahwa nilai pasar industri kecantikan di Indonesia diprediksi mencapai US$9,7 miliar (sekitar Rp146 triliun) pada tahun 2025, dengan pertumbuhan rata-rata 4,33–5,35% hingga 2028. Artinya, permintaan produk kosmetik terus meningkat setiap tahun.

Fakta lain menunjukkan bahwa Indonesia adalah negara dengan konsumen kosmetik halal terbesar kedua di dunia dengan nilai pasar sekitar USD 5,4 miliar pada 2022.

Selain itu, 95% pelaku usaha kosmetik lokal adalah IKM (industri kecil menengah) β€” artinya, ruang gerak untuk brand baru masih luas.

2. Fleksibilitas & Kontrol Penuh

Sebagai pengusaha kosmetik brand sendiri, Anda bebas memilih jenis produk apa yang ingin Anda tawarkan ke pasar. Apakah skincare, makeup, haircare, body care, atau kombinasi semuanya. Selain itu, Anda juga bisa menentukan target pasar, strategi branding, dan model bisnis Anda sendiri.

Sebagai informasi untuk Anda, tren inovasi yang berkembang kuat saat ini adalah skincare, bahan alami, kemasan biodegradable, teknologi digital, dan e-commerce. Hal ini menjadi daya tarik besar di pasar. Semakin kreatif Anda, semakin besar peluang Anda untuk sukses di bisnis kosmetik.

Baca juga tulisan kami tentang analisa usaha toko kosmetik.

3. Jangkauan Global via E-commerce

Dengan bantuan teknologi dan platform digital, bisnis Anda tidak lagi dibatasi oleh lokasi geografis. Anda bisa menjual produk ke seluruh Indonesia, bahkan mancanegara hanya dengan menggunakan marketplace atau website.

Perlu anda ketahui bahwa pada 2024, industri kosmetik dengan kategori perawatan & kecantikan menyumbang 51,6% dari total penjualan FMCG di e-commerce Indonesia, dengan nilai mencapai Rp31,9 triliun. Angka ini diprediksi naik 17% di 2025, menandakan permintaan online yang terus melonjak.

Untuk meningkatkan penjualan melalui e-commerce, anda bisa menggunakan strategi flash sale tanggal kembar seperti 10.10 dan 11.11, atau tanggal gajian. Data menunjukkan bahwa kategori kecantikan menyumbang lebih dari 60% total penjualan FMCG di marketplace. Ini mengindikasikan efektivitas promosi digital dapat menjangkau konsumen lebih luas.

4. Bonus Demografi di Indonesia

Generasi Z dan Milenial adalah motor penggerak utama pertumbuhan bisnis kecantikan. Dengan bonus demografi yang berlangsung hingga 2040, jumlah generasi muda di Indonesia akan tetap tinggi, memberi Anda audiens yang besar dan loyal.

Umumnya, audiens yang loyal akan membentuk komunitas. Anda pun dapat membuat komunitas untuk target market Anda.

Melalui komunitas, Anda dapat membangun hubungan emosional dengan konsumen, terutama wanita, yang ingin tampil percaya diri dan mandiri.

Menciptakan komunitas yang selaras dengan audiens akan memperpesar peluang sukses bisnis kosmetik Anda. Jadi, pengusaha masa kini tidak hanya menjual produk semata.

5. Adanya Dukungan Pemerintah

Pemerintah aktif mendukung pertumbuhan industri kecantikan lewat pelatihan, promosi, kemudahan sertifikasi halal, hingga peningkatan kualitas produksi.

Pemerintah melalui Kementerian Perindustrian aktif memfasilitasi pelaku industri untuk menembus pasar internasional, misalnya dengan mengikutsertakan brand lokal di pameran global seperti Turkey Halal Expo, Kazan Halal Forum, dan Indonesia Halal Expo. Tujuannya, menjadikan Indonesia pusat kosmetik halal dunia

Jadi, Anda nggak sendirian!

⚠️ Weaknesses – Apa Saja Kelemahan dan Risiko Bisnis Kosmetik?

Namun, seperti bisnis lainnya, industri kosmetik juga punya tantangan tersendiri. Mari kita lihat beberapa titik lemah yang perlu Anda waspadai:

1. Persaingan Usaha yang Ketat

Sudah banyak brand ternama yang mendominasi pasar. Selain itu, setiap hari muncul pemain baru dengan inovasi dan strategi marketing yang menarik. Tanpa diferensiasi yang kuat, bisnis Anda bisa tergilas.

Sepuluh besar brand skincare lokal terlaris di marketplace yang bisa menjadi pesaing Anda adalah Somethinc, Scarlett, MS Glow, Avoskin, Whitelab, Azarine, Wardah, Erha, Emina, dan Bio Beauty Lab.

Baca ulasan kami tentang analisa SWOT bisnis skincare di Indonesia.

Penjualan brand tersebut mencapai puluhan miliar rupiah hanya dalam satu kuartal, menunjukkan tingginya persaingan antar brand lokal sendiri, belum termasuk brand internasional.

Banyaknya merek kosmetik baru menyebabkan pasar semakin jenuh. Produk yang viral bisa mendominasi dalam waktu singkat, namun juga cepat tergantikan oleh tren berikutnya. Oleh karena itu, brand harus selalu adaptif dan responsif terhadap perubahan tren dan preferensi konsumen.

Untuk unggul di tengah persaingan, pelaku usaha harus fokus pada diferensiasi produk, transparansi bahan, pengalaman pelanggan, serta membangun branding yang kuat dan autentik.

2. Regulasi BPOM yang Rumit

Produk kosmetik harus melewati serangkaian uji standarisasi dan izin edar seperti BPOM, sertifikasi halal, dan regulasi lingkungan. Proses ini bisa merepotkan, terutama jika Anda belum berpengalaman.

Proses pengajuan izin edar BPOM dan sertifikasi halal bisa lama dan mahal. Belum lagi aturan terbaru seperti PerBPOM No. 18/2024 yang membuat penandaan dan iklan produk harus lebih ketat.

3. Masalah Kualitas & Produk Palsu

Masalah counterfeit (produk palsu) dan kurangnya kontrol kualitas bisa merusak reputasi brand Anda. Bayangkan saja, kalau konsumen mendapatkan produk bermasalah, mereka akan langsung menyebut nama merek Anda, bukan si penjual abal-abal.

Selain itu, Banyak pelaku UKM belum memiliki kapasitas riset dan pengembangan yang setara dengan brand global. Ini bisa membuat produk mereka kurang kompetitif dalam hal inovasi dan formulasi.

4. Biaya dan Modal Awal yang Tinggi

Produksi kosmetik membutuhkan investasi awal yang cukup besar β€” mulai dari formulasi, produksi massal, kemasan, hingga promosi. Banyak pengusaha yang gagal karena underestimasi biaya ini.

Selain itu, menjangkau daerah-daerah terpencil dan membangun brand awareness merupakan tantangan besar bagi pengusaha pemula. Tanpa strategi distribusi dan marketing yang matang, visibilitas produk bisa terbatas.

🌱 Opportunities – Peluang Emas yang Bisa Anda Manfaatkan

Meski tantangan besar, tetap ada banyak celah dan peluang yang bisa Anda manfaatkan untuk unggul di industri ini:

1. Inovasi Ramah Lingkungan & Clean Beauty

Permintaan untuk produk eco-friendly, vegan, cruelty-free, dan clean beauty terus meningkat. Konsumen saat ini lebih selektif dan peduli pada dampak lingkungan serta kesehatan jangka panjang. Ini adalah peluang besar untuk brand yang ingin tampil beda.

  • Tren Clean Beauty & Skinimalism: Tahun 2025, tren clean beauty semakin kuat di Indonesia, dengan 86% konsumen aktif memeriksa kandungan bahan, 80% mengutamakan keamanan, dan 67% lebih memilih produk berbahan alami, bebas paraben, serta cruelty-free.
  • Pasar Kosmetik Vegan Global: Nilai pasar kosmetik vegan global mencapai USD 18,9 miliar pada 2024 dan diproyeksikan tumbuh hingga USD 48,4 miliar pada 2034 (CAGR 10,2%).
  • Inovasi Bahan & Kemasan: Di In-Cosmetics Global 2025, inovasi berkelanjutan seperti silk peptides terbarukan, opacifier berbasis wax biodegradable, dan eco-design packaging menjadi sorotan utama.
  • Brand Lokal Merespons: Brand seperti Sensatia menegaskan pilar clean ingredients, clean environment, dan clean business. Produk multipurpose dan kemasan refill atau reusable semakin diminati untuk mengurangi limbah.
  • Preferensi Konsumen Lokal: 60% konsumen Indonesia kini lebih memilih brand lokal yang mengusung nilai clean beauty dan keberlanjutan.

2. Ekspansi ke Pasar Baru

Produk kosmetik lokal punya potensi besar menembus pasar internasional, terutama negara-negara dengan permintaan tinggi terhadap kosmetik halal seperti Malaysia, Brunei, Turki, hingga Timur Tengah.

Selain negara di Asia tenggara Asia Tenggara, negara-negara Afrika dan Amerika Latin juga merupakan pasar potensial dengan tingkat penetrasi kosmetik yang masih rendah namun permintaan yang cepat berkembang.

  • Ekspor kosmetik Indonesia diproyeksikan menembus USD 1 miliar pada 2026, dengan pertumbuhan rata-rata 2,5% per tahun. Negara tujuan utama: Malaysia, Brunei, Turki, UEA, dan negara Timur Tengah lain yang permintaan kosmetik halal-nya sangat tinggi.
  • Pasar kosmetik Afrika diperkirakan mencapai USD 22,8 miliar pada 2025, tumbuh 8–10% per tahun, didorong pertumbuhan kelas menengah dan urbanisasi. Di Amerika Latin, pasar kecantikan diproyeksikan tumbuh 7% per tahun, dengan penekanan pada produk berkualitas, sustainable, dan personalized.
  • Penjualan lintas negara melalui e-commerce di Amerika Latin tumbuh 34% per tahun, memperluas peluang ekspor brand Indonesia tanpa batasan fisik.

3. Menyasar Niche Market

Alih-alih membuat produk umum, fokuslah pada segmen tertentu seperti acne-prone skin, sensitive skin, produk halal, atau bahkan formula khusus untuk kulit berwarna gelap. Semakin spesifik, semakin besar kemungkinan Anda diterima oleh pasar.

FYI, Laki-laki juga mulai peduli pada penampilan. Produk perawatan pria seperti facial wash, toner, deodoran alami, dan hair styling tengah naik daun.

  • Produk Spesifik Laris: Produk untuk acne-prone skin diprediksi tumbuh dari USD 4,5 miliar (2024) menjadi USD 7,2 miliar (2033, CAGR 6,5%). Pasar produk untuk kulit sensitif juga tumbuh pesat, diproyeksikan mencapai USD 80,97 miliar pada 2030 (CAGR 8,8%).
  • Produk Halal & Vegan: Permintaan produk halal dan vegan terus meningkat, tidak hanya di Indonesia tapi juga global, menarik konsumen Muslim dan non-Muslim yang peduli etika dan kesehatan.
  • Produk Pria Naik Daun: Segmen perawatan pria berkembang pesat, mulai dari facial wash, toner, deodoran alami, hingga hair styling, seiring meningkatnya kesadaran pria akan perawatan diri.
  • Konsumen Cari Solusi Spesifik: 56% milenial Indonesia lebih menyukai produk skincare dengan solusi spesifik (anti-aging, jerawat, sunscreen teknologi tinggi).

4. Pertumbuhan E-commerce

Penjualan online dan kolaborasi dengan beauty influencer adalah cara efektif untuk menjangkau target pasar muda. Edukasi dokter dan influencer mendorong tren pembelian produk seperti sunscreen (naik 44% di 2025), pelembab, parfum, dan body lotion.

Platform digital seperti Shopee, Tokopedia, Instagram Shop, TikTok Shop, dan Amazon membuka peluang besar untuk menjangkau audiens yang lebih luas tanpa perlu toko fisik.

⚑ Threats – Ancaman Bisnis Kosmetik yang Perlu Anda Waspadai

Sayangnya, ada beberapa ancaman yang bisa menghambat pertumbuhan bisnis Anda jika tidak dipersiapkan dengan matang:

1. Perubahan Regulasi

Pemerintah melalui BPOM sering kali mengubah aturan terkait keamanan produk, bahan aktif, izin edar, uji toksisitas, maupun notifikasi produk. Pelanggaran bisa berujung pada sanksi hingga pencabutan izin edar. Hal ini bisa memperpanjang proses legalitas dan meningkatkan biaya operasional.

2. Ketidakpastian Ekonomi

Inflasi, kenaikan harga bahan baku, dan gangguan rantai pasok bisa menggerus margin keuntungan. Ini sangat terasa bagi brand kecil yang belum memiliki sistem distribusi yang efisien.

Ketidakpastian ekonomi dan tren β€œNo Buy Challenge” di media sosial bisa menekan minat beli konsumen, terutama untuk produk non-primer seperti kosmetik.

3. Tuntutan untuk Sustain

Konsumen dan pemerintah semakin menuntut perusahaan untuk ramah lingkungan. Anda mungkin perlu berinvestasi dalam kemasan daur ulang, energi terbarukan, atau program zero waste.

4. Risiko Reputasi Brand

Satu keluhan negatif di media sosial bisa viral dalam hitungan jam. Oleh karena itu, penting sekali untuk memastikan kualitas produk dan layanan pelanggan tetap terjaga.

5. Produk Ilegal & Impor

Banyak produk ilegal dan impor yang membanjiri pasar. Ini bisa membuat persaingan harga dan kualitas semakin sulit, apalagi jika Anda belum dikenal secara luas.

Selain itu, sebagian besar bahan baku kosmetik masih diimpor, sehingga rentan terhadap fluktuasi nilai tukar dan gangguan pasokan global. Ini bisa memengaruhi biaya produksi dan kelangsungan usaha.

Tabel Analisis SWOT Bisnis Kosmetik di Indonesia

AspekUraianData/Fakta Pendukung
Strengths (Kekuatan)– Pasar tumbuh pesat, didukung bonus demografi (Gen Z & milenial)
– Produk lokal unggul di harga, formulasi ringan, cocok iklim tropis
– Inovasi dan digitalisasi (e-commerce, kolaborasi influencer)
– Dukungan pemerintah dan kemudahan sertifikasi halal
– Nilai pasar kosmetik Indonesia Rp30 triliun (2024), tumbuh 5,35%/tahun hingga 2028
– 1.500+ IKM kosmetik aktif di 2024
– Produk lokal unggul dalam satisfaction & effectiveness menurut ulasan pengguna
Weaknesses (Kelemahan)– Persaingan sangat ketat (lokal & global)
– Proses izin edar BPOM & sertifikasi halal memakan waktu/biaya
– Keterbatasan R&D dan inovasi pada IKM
– Distribusi & branding masih jadi tantangan
– Jumlah pelaku usaha naik 46% (2020-2023)
– Produk lokal masih kalah dalam kontrol minyak & pengalaman pengguna dibanding global
Opportunities (Peluang)– Permintaan kosmetik halal, pria, dan produk alami meningkat
– E-commerce & beauty influencer memperluas pasar
– Tren personalisasi & teknologi baru (AI, DNA skin analysis)
– Potensi ekspor ke negara muslim
– Indonesia konsumen kosmetik halal terbesar kedua dunia
– Segmen perawatan diri dan skincare tumbuh signifikan
Threats (Ancaman)– Produk impor dan ilegal membanjiri pasar
– Fluktuasi ekonomi & tren β€œNo Buy Challenge”
– Perubahan regulasi BPOM
– Ketergantungan bahan baku impor
– β€œNo Buy Challenge” viral di 2025, tekan konsumsi kosmetik
– BPOM perketat regulasi & pengawasan
– Produk global unggul pada kualitas & pengalaman pengguna

Tabel ini merangkum hasil analisis SWOT bisnis kosmetik di Indonesia berdasarkan data dan tren terbaru tahun 2025.

βœ… Kesimpulan

Setelah melihat semua faktor di atas, jawabannya adalah: iya, bisnis kosmetik sangat layak untuk dijalankan β€” ASALKAN Anda mempersiapkan semuanya dengan matang.

Jika Anda:

  • Punya visi dan misi jelas,
  • Mampu menemukan niche yang sesuai dengan passion Anda,
  • Siap belajar soal regulasi dan kualitas produk,
  • Dan mau terus beradaptasi dengan perubahan pasar,

Maka Anda punya peluang besar untuk sukses di industri ini.

Dan tenang saja, Mitra Adev, Anda tidak perlu melakukannya sendirian. Sebagai perusahaan maklon profesional, kami di PT Adev Natural Indonesia siap membantu Anda dari mulai formulasi, produksi, hingga sertifikasi resmi produk Anda.

Kami percaya bahwa setiap brand punya cerita unik, dan kami ingin membantu Anda menceritakannya melalui produk berkualitas.

whatsapp-adev