Mitra Adev, bisnis skincare memang terlihat menjanjikan dari luar. Hal itu terlihat dari tren pasar uang tumbuh pesat dan terus berkembang, dan konsumen yang semakin sadar akan pentingnya perawatan kulit.
Namun, di balik peluang menjanjikan tersebut, fakta di lapangan menunjukkan sisi gelap yang sering luput dari perhatian. Menurut laporan Kompas tahun 2023 dan data Kementerian Perindustrian, lebih dari 60% brand skincare lokal gagal bertahan dalam 2 tahun pertama.
Alasan utamanya bukan karena produk yang buruk, tetapi karena kesalahan strategi, manajemen yang lemah, serta kurangnya kesiapan menghadapi kompleksitas industri kecantikan yang sangat kompetitif.
Fenomena ini juga tercermin dalam riset dari Startup Ranking dan Katadata Insight Center tahun 2024, yang mencatat hampir 45% brand skincare yang muncul sejak 2020 kini mengalami penurunan atau sudah berhenti beroperasi.
Artinya, strategi viral dan modal besar saja tidak cukup untuk memastikan keberhasilan.
Dalam artikel ini, kami akan membongkar penyebab umum kegagalan dalam bisnis skincare berdasarkan pengalaman kami sebagai mitra maklon serta studi kasus nyata dari brand-brand lokal yang sempat bersinar.
Mari pelajari agar Anda tidak mengulangi kesalahan yang sama, dan justru bisa membangun brand yang kokoh dan berkelanjutan.
Penyebab Umum Kegagalan dalam Bisnis Skincare
Mitra Adev, industri skincare di Indonesia mengalami lonjakan pertumbuhan yang signifikan dalam lima tahun terakhir.
Menurut laporan dari Statista, nilai pasar kosmetik Indonesia diperkirakan akan mencapai lebih dari USD 10 miliar pada 2025.

Namun, ironisnya, banyak brand lokal justru gagal bertahan dalam dua tahun pertama. Berdasarkan laporan dari Kompas tahun 2023 dan data Kementerian Perindustrian, lebih dari 60% usaha skincare baru tidak mampu bertahan akibat kesalahan strategi awal dan ketidaksiapan menghadapi kompleksitas industri ini.
Jika Anda berminat untuk memulai bisnis dengan cara maklon, Klik Gambar di bawah ini untuk terhubung dengan CS Kami melalui Chat Whatsapp.
Maka dari itu, memahami penyebab umum kegagalan menjadi langkah penting agar Anda tidak jatuh ke lubang yang sama.
Berikut ini adalah penyebab-penyebab paling umum yang membuat bisnis skincare gagal, berdasarkan pengalaman kami di industri maklon serta kasus nyata di lapangan:
Tabel 1: Rangkuman Penyebab Umum Kegagalan Bisnis Skincare
No. | Penyebab Utama Kegagalan | Deskripsi Singkat | Elemen Visual Pendukung (Saran) |
1. | Kurangnya Riset Pasar | Meluncurkan produk tanpa memahami target pasar dan kebutuhan mereka. | Ikon: Magnifying glass / Target |
2. | Masalah Legalitas & HKI | Mengabaikan pendaftaran merek (HKI) dan izin edar (BPOM). | Ikon: Gavel / Dokumen Resmi |
3. | Branding & Positioning Lemah | Produk bagus tanpa pesan brand yang kuat dan diferensiasi jelas. | Ikon: Megaphone / Puzzle Piece |
4. | Manajemen Keuangan Buruk | Overproduksi, pengeluaran tak terkontrol, pricing salah. | Ikon: Piggy bank pecah / Grafik turun |
5. | Kurang Adaptif Terhadap Perubahan | Gagal mengikuti tren pasar, teknologi, atau preferensi konsumen yang berubah. | Ikon: Chameleon / Roda Gigi |
1. Kurangnya Riset Pasar
Mitra Adev, banyak pengusaha skincare terlalu tergoda oleh tren viral dan tergesa-gesa meluncurkan produk tanpa memahami siapa target pasar mereka sebenarnya.
Riset pasar sering dianggap mahal atau memakan waktu, padahal ini adalah pondasi dari setiap keputusan bisnis yang akan Anda ambil.
Tanpa riset, Anda bisa salah dalam menentukan formulasi, harga, kemasan, bahkan channel distribusi yang sesuai dengan konsumen.
Contohnya, peluncuran produk anti-aging untuk pasar remaja tentu akan gagal secara logika maupun penjualan.
Konsumen zaman sekarang juga semakin cerdas, mereka mencari produk yang benar-benar menjawab kebutuhan, bukan sekadar ikut tren. Baca ulasan kami tentang tren kecantikan 2021 yang sudah sangat berbeda dengan masa kini.
Melakukan survei kecil, focus group discussion, atau bahkan melihat data review kompetitor di e-commerce bisa menjadi langkah awal yang sederhana namun berdampak besar.

2. Masalah Legalitas dan Hak Kekayaan Intelektual (HKI)
Salah satu kasus yang cukup menjadi sorotan adalah brand Noolab, yang sempat mengalami masalah besar akibat penolakan pendaftaran merek oleh Direktorat Jenderal HKI.
Masalah ini membuat mereka kehilangan hak atas nama brand yang sudah dikenal publik, dan harus memulai kembali dari awal dengan nama baru.
Ini bukan hanya merugikan secara hukum, tapi juga menghancurkan kepercayaan pasar yang sudah dibangun.
Mitra Adev, banyak pemilik brand skincare meremehkan pentingnya legalitas dan perlindungan merek.
Padahal, mendaftarkan HKI dan memastikan produk sudah terdaftar di BPOM adalah bentuk komitmen terhadap konsumen.
Tanpa legalitas, produk Anda bisa ditarik dari pasaran sewaktu-waktu, bahkan dikenakan sanksi hukum. Baca juga ulasan kami tentang tips memulai usaha.
Dengan menggunakan jasa maklon terpercaya seperti Adev, semua proses legalitas ini bisa Anda jalani dengan aman dan efisien.

3. Strategi Branding dan Positioning yang Lemah
Produk yang bagus tidak akan berarti banyak jika konsumen tidak memahami nilai dan perbedaannya dari kompetitor.
Banyak brand yang hanya meniru kemasan atau nama-nama “esthetic”, tapi tidak punya pesan brand yang kuat.
Akibatnya, meskipun produk mereka berkualitas, konsumen tidak memiliki alasan untuk memilihnya dibanding produk lain di rak toko atau marketplace.
Positioning adalah tentang menyampaikan “mengapa konsumen harus memilih Anda”, dan ini harus tergambar dalam semua aspek komunikasi, mulai dari kemasan, sosial media, hingga customer service.
Jika pesan Anda tidak jelas atau inkonsisten, konsumen akan dengan mudah beralih ke brand lain yang lebih tegas dalam menyampaikan manfaat produknya. Baca ulasan lengkap kami tentang branding kosmetik.
Adev sering membantu mitra dalam tahap branding ini agar strategi pemasaran benar-benar sesuai dengan target yang ingin dicapai.

4. Manajemen Keuangan yang Buruk
Mitra Adev, ini adalah jebakan paling mematikan dalam bisnis skincare. Banyak brand overproduksi sebelum validasi pasar, atau menghabiskan dana terlalu besar untuk influencer marketing tanpa perhitungan ROI (return on investment) yang jelas.
Akibatnya, arus kas menjadi negatif, dan bisnis sulit untuk bertahan lebih dari beberapa bulan.
Kesalahan pricing juga sering terjadi. Banyak pemilik brand mematok harga terlalu tinggi tanpa mempertimbangkan daya beli pasar, atau terlalu rendah hingga margin keuntungan tidak cukup menutup biaya produksi dan distribusi.
Perencanaan keuangan yang matang, termasuk skenario pesimis dan realistis, sangat penting untuk memastikan brand Anda bisa tumbuh dengan sehat. Baca juga ulasan kami tentang pendanaan modal usaha.
Jangan lupakan pentingnya laporan keuangan sederhana dan budgeting yang disiplin.

5. Kurang Adaptif terhadap Perubahan Pasar
Industri kecantikan sangat cepat berubah, mulai dari bahan aktif baru, tren skinimalism, kemasan ramah lingkungan, hingga pergeseran dari offline ke digital marketing, semuanya bisa berubah hanya dalam hitungan bulan.
Brand yang tidak peka terhadap perubahan ini akan segera tertinggal. Sejumlah brand lokal yang dulu populer kini tenggelam karena gagal membaca arah tren dan mempertahankan inovasi.
Adaptasi tidak hanya soal produk, tetapi juga strategi pemasaran, cara berinteraksi dengan konsumen, dan pemanfaatan teknologi seperti AI atau marketplace engine.
Mitra Adev, kami percaya bahwa fleksibilitas adalah aset penting dalam dunia bisnis. Itulah mengapa kami juga terus berinovasi dalam layanan maklon, agar Anda bisa meng-update produk sesuai tren dengan proses yang cepat dan efisien.

Studi Kasus: Pelajaran Berharga dari Bisnis Skincare yang Gagal
Mitra Adev, meskipun bisnis skincare terlihat menjanjikan dari luar, kenyataannya banyak brand lokal yang harus gulung tikar dalam waktu singkat.
Berdasarkan data dari Startup Ranking dan Katadata Insight Center tahun 2024, sekitar 45% brand kecantikan yang berdiri sejak 2020 di Indonesia mengalami penurunan signifikan atau berhenti beroperasi di tahun ketiga.
Hal ini memperkuat fakta bahwa viralitas di media sosial, popularitas selebritas, atau kolaborasi internasional sekalipun tidak menjamin keberlangsungan sebuah brand jika fondasi bisnisnya tidak kuat.
Mari kita cermati beberapa studi kasus nyata yang bisa menjadi pelajaran penting bagi Anda yang sedang atau akan menjalankan bisnis skincare.
Tabel 2: Rangkuman Studi Kasus Kegagalan Brand Skincare
Brand | Latar Belakang Singkat | Penyebab Utama Kegagalan (Dugaan/Fakta) | Pelajaran Penting |
SYCA | Populer, kolaborasi “Emily in Paris”, citra mewah lokal. | Tekanan finansial, diskon besar menggerus margin. | Promosi besar harus diimbangi perencanaan keuangan solid. |
Noolab | Dikenal di medsos, produk menarik. | Masalah pendaftaran merek (HKI) ditolak. | Legalitas (HKI) adalah fundamental dan harus diurus sejak awal. |
Innertrue | Kampanye self-love, komunitas kuat, beroperasi ~4 tahun. | Kurangnya arah bisnis jangka panjang/masalah finansial (spekulasi). | Pesan brand kuat perlu didukung struktur bisnis dan roadmap yang jelas serta adaptif. |
1. SYCA, Antara Popularitas dan Tekanan Finansial
Didirikan pada tahun 2019, SYCA sempat mencuri perhatian publik berkat strategi branding yang kuat dan kolaborasi prestisius bersama serial populer Emily in Paris.
Produk-produknya yang tampil elegan dan berkelas membuat SYCA identik dengan citra mewah namun tetap lokal.
Namun, kejutan terjadi saat pada September 2024, SYCA resmi mengumumkan penghentian operasionalnya.
Padahal, secara impresi media sosial dan komunitas pengguna, brand ini masih memiliki basis penggemar yang loyal.
Langkah mereka menggelar diskon besar-besaran hingga 75% beberapa bulan sebelum pengumuman penutupan mengindikasikan tekanan keuangan yang cukup berat.
Mitra Adev, kasus ini menunjukkan bahwa strategi promosi besar tanpa kendali bisa menjadi bumerang.
Diskon tinggi memang bisa meningkatkan volume penjualan jangka pendek, namun margin keuntungan yang tipis atau bahkan merugi akan sulit menutup biaya operasional harian seperti produksi, logistik, dan pemasaran.
Tanpa perencanaan keuangan yang solid, bahkan brand sepopuler SYCA pun bisa tumbang.
2. Noolab, Legalitas Adalah Harga Mati
Noolab adalah contoh lain dari brand skincare lokal yang sebenarnya cukup dikenal dan sempat mendapatkan perhatian di media sosial.
Sayangnya, perjalanan mereka terganjal oleh isu hukum yang sangat fundamental yakni pendaftaran merek.
Noolab dua kali mengajukan permohonan HKI (Hak Kekayaan Intelektual), dan dua-duanya ditolak.
Masalah ini menyebabkan mereka tidak bisa melanjutkan bisnis dengan nama yang sudah mereka bangun secara branding.
Pada akhirnya, Noolab resmi menghentikan operasional mereka pada Juni 2024. Ini menjadi peringatan serius bagi semua pelaku bisnis, termasuk Anda, Mitra Adev, bahwa legalitas tidak boleh dianggap sebagai urusan belakangan.
Proses pendaftaran HKI harus dilakukan sejak awal untuk melindungi identitas brand Anda dan mencegah konflik hukum di masa depan.
Apalagi di industri skincare, di mana branding dan nama produk memainkan peran sangat besar dalam membentuk persepsi dan loyalitas konsumen.
3. Innertrue, Strategi Jangka Panjang yang Tidak Terarah
Innertrue pernah menjadi salah satu brand skincare lokal yang menjanjikan dengan kampanye yang menyentuh isu self-love dan kulit sehat alami.
Mereka beroperasi hampir selama empat tahun dan sempat membangun komunitas pengguna yang cukup kuat.
Namun pada tahun 2023, mereka mengumumkan penghentian operasional dengan alasan ingin “mengubah haluan”.
Meski terdengar diplomatis, sinyal-sinyal dari pasar menunjukkan adanya masalah dari sisi finansial atau kurangnya arah bisnis jangka panjang yang jelas.
Fakta bahwa Innertrue tidak memberikan penjelasan rinci tentang penyebab penutupan membuat kita hanya bisa berspekulasi berdasarkan pola industri.
Besar kemungkinan mereka menghadapi tantangan dalam mempertahankan pertumbuhan penjualan atau mengelola biaya operasional.
Mitra Adev, ini menggarisbawahi pentingnya memiliki roadmap bisnis yang realistis dan adaptif. Tidak cukup hanya bermodalkan nilai atau pesan brand yang kuat, harus ada struktur bisnis yang mendukung agar misi tersebut bisa dijalankan secara berkelanjutan.
Ketiga kasus di atas memberikan gambaran nyata bahwa kegagalan dalam bisnis skincare bisa berasal dari berbagai arah seperti keuangan, legalitas, hingga kurangnya visi jangka panjang.
Popularitas tidak dapat menggantikan fondasi yang lemah. Maka dari itu, mari kita lanjutkan ke bagian berikutnya untuk memahami bagaimana strategi yang tepat bisa membantu Anda menghindari kegagalan sejak dini.
Strategi Menghindari Kegagalan Sejak Dini
Mitra Adev, menurut laporan dari Statista dan McKinsey Beauty Report 2024, sebanyak 67% brand skincare baru yang gagal dalam tiga tahun pertama ternyata tidak memiliki strategi bisnis yang jelas sejak awal.
Mereka cenderung terburu-buru dalam meluncurkan produk tanpa validasi ide, mengabaikan aspek legalitas, atau menjalankan branding secara tidak konsisten.
Temuan ini menunjukkan bahwa untuk bisa bertahan dan berkembang di industri skincare yang kompetitif, Anda perlu menerapkan strategi yang terstruktur sejak tahap perencanaan.
Berikut ini adalah beberapa langkah praktis yang dapat Anda terapkan agar tidak mengulangi kesalahan yang sama.
Tabel 3: Strategi Kunci Mencegah Kegagalan Bisnis Skincare
No. | Strategi | Deskripsi Singkat | Tindakan Konkret |
1. | Validasi Ide & Riset Pasar | Pastikan produk dibutuhkan dan sesuai target pasar. | Survei, FGD, analisis tren (Google Trends, e-commerce), cek artikel laporan bisnis skincare. |
2. | Lindungi Legalitas Brand & Produk | Amankan HKI (merek, desain) dan pastikan izin edar (BPOM). | Gunakan jasa konsultan HKI, pastikan mitra maklon mengurus BPOM. |
3. | Bangun Branding Konsisten & Relevan | Ciptakan identitas brand yang kuat, unik, dan sesuai target market. | Tentukan tone of voice, narasi, nilai, desain kemasan. Cek artikel manajemen bisnis kosmetik. |
4. | Pilih Mitra Produksi Tepat (Maklon) | Pilih maklon berkualitas, terpercaya, dan mendukung legalitas. | Evaluasi portofolio, fasilitas, layanan Adev (formulasi, izin, desain). |
5. | Kontrol Keuangan dengan Ketat | Buat anggaran, pantau arus kas, hindari overspending dan pricing salah. | Buat pos anggaran, gunakan software keuangan, realistis dalam keputusan. |
6. | Tentukan Niche & Value Jelas | Fokus pada segmen pasar spesifik dan tawarkan nilai unik. | Pilih target spesifik (pria, natural, kulit tropis), komunikasikan nilai (sustainability, inklusif). |
1. Validasi Ide Produk dengan Riset Pasar
Mitra Adev, banyak pebisnis skincare yang langsung memproduksi produk hanya karena mengikuti tren sesaat, tanpa benar-benar memahami siapa target konsumennya.
Padahal, riset pasar adalah fondasi penting untuk menentukan kebutuhan, preferensi, dan daya beli pasar Anda.
Validasi ide produk bisa dilakukan melalui survei, focus group discussion, atau analisis tren dari platform seperti Google Trends, Tokopedia, dan Shopee.
Baca juga ulasan kami tentang cara menemukan ide bisnis.
Dengan memanfaatkan data yang kuat, Anda dapat memastikan bahwa produk yang dikembangkan benar-benar dibutuhkan.
Panduan lengkap tentang cara menyusun laporan bisnis bisa Anda temukan di artikel kami tentang laporan bisnis skincare. Jangan remehkan kekuatan data, karena produk yang relevan secara fungsional dan emosional akan lebih mudah diterima pasar.
2. Lindungi Legalitas Brand dan Produk Anda
Pendaftaran merek dan perlindungan hukum sering kali dianggap sebagai urusan belakangan. Padahal, seperti yang kita lihat dalam kasus Noolab, tanpa legalitas yang sah, nama dan identitas brand Anda bisa sewaktu-waktu digugat atau ditolak penggunaannya.
HKI (Hak Kekayaan Intelektual) meliputi pendaftaran merek, desain kemasan, bahkan formula produk jika bersifat inovatif.
Mitra Adev, kami sangat menyarankan untuk menggunakan jasa konsultan HKI profesional agar proses ini berjalan lancar.
Dengan legalitas yang kuat, Anda dapat membangun brand tanpa rasa khawatir akan tuntutan atau perselisihan di kemudian hari.
Ini adalah investasi jangka panjang yang akan sangat melindungi aset bisnis Anda.
Lihat juga layanan Adev.
3. Bangun Branding yang Konsisten dan Relevan
Branding bukan hanya soal logo dan warna. Ia mencakup tone of voice, narasi komunikasi, nilai-nilai yang diangkat, hingga kemasan produk.
Konsistensi dan relevansi dengan target market adalah kunci. Jika menyasar Gen Z, misalnya, maka komunikasi Anda harus dinamis, transparan, dan berorientasi pada value.
Contoh sukses bisa Anda pelajari lebih lanjut di artikel kami tentang manajemen bisnis kosmetik.
Mitra Adev, branding yang kuat akan memudahkan konsumen mengenali dan mengingat produk Anda, bahkan saat bersaing di rak yang penuh dengan brand lain.
4. Pilih Mitra Produksi yang Tepat
Salah satu kesalahan fatal yang sering terjadi adalah memilih mitra produksi hanya berdasarkan harga termurah, bukan kualitas dan keandalan.
Mitra produksi atau maklon yang baik bukan hanya bertugas mencetak produk, tetapi juga menjadi partner yang membantu Anda memastikan kualitas, keamanan, dan legalitas.
Adev sebagai perusahaan maklon kosmetik, menyediakan solusi lengkap, mulai dari formulasi yang sesuai tren pasar, pengurusan izin BPOM, hingga desain kemasan.
Baca ulasan kami tentang daftar perusahaan maklon kosmetik di Indonesia.
Kami memahami bahwa produk Anda adalah perpanjangan dari brand Anda, dan kualitas adalah segalanya. Maka pastikan Anda tidak salah memilih mitra produksi.

5. Kontrol Keuangan dengan Ketat
Mitra Adev, banyak brand skincare yang tutup bukan karena tidak laku, melainkan karena kehabisan dana akibat pengelolaan keuangan yang tidak disiplin.
Misalnya, overproduksi tanpa melihat permintaan pasar, biaya iklan digital yang membengkak tanpa return on investment (ROI), atau memberikan diskon terlalu besar yang memotong margin hingga habis.
Salah satu langkah bijak adalah membuat pos anggaran yang terpisah untuk produksi, pemasaran, dan dana darurat.
Gunakan software keuangan sederhana untuk memantau arus kas harian dan tetap realistis dalam pengambilan keputusan.
Dengan sistem keuangan yang sehat, bisnis Anda bisa bertahan lebih lama menghadapi fluktuasi pasar.
6. Tentukan Niche dan Value yang Jelas
Di pasar yang padat seperti industri skincare, memiliki fokus yang jelas akan membantu Anda tampil berbeda.
Misalnya, Anda bisa fokus pada skincare untuk pria aktif, skincare berbasis natural, atau solusi untuk masalah kulit tropis.
Dengan pendekatan niche, Anda bisa membangun komunitas yang loyal dan menguasai pasar yang lebih spesifik.
Lebih dari itu, brand Anda juga perlu menyampaikan nilai (value) yang tegas. Apakah Anda mendukung sustainability, kecantikan inklusif, atau bahan aktif lokal?
Konsumen masa kini cenderung memilih brand yang sejalan dengan nilai personal mereka. Maka, pastikan brand Anda tidak hanya menjual produk, tapi juga cerita dan makna.
Dengan menerapkan strategi-strategi ini sejak dini, Anda sudah satu langkah lebih maju dalam membangun bisnis skincare yang tidak hanya sukses, tetapi juga berkelanjutan.
Baca juga ulasan kami tentang ide bisnis skincare Korea.
Pentingnya Riset Pasar, Manajemen Risiko, dan Adaptasi
Mitra Adev, berdasarkan laporan terbaru dari Euromonitor International dan BeautyMatter 2024, industri skincare global diproyeksikan tumbuh sebesar 8,4% per tahun hingga 2028.
Namun, di balik angka yang menggiurkan ini, ada fakta menarik yakni lebih dari 60% brand baru tidak mampu bertahan lebih dari 3 tahun karena tidak siap menghadapi dinamika pasar.
Hal ini menegaskan bahwa strategi saja tidak cukup, yang dibutuhkan adalah kesiapan dalam tiga aspek utama yakni riset pasar, manajemen risiko, dan kemampuan adaptasi.
Tanpa ketiganya, bisnis skincare bisa tersandung di tengah jalan, tak peduli seberapa inovatif produknya. Mari kita bahas satu per satu.

1. Riset Pasar
Mitra Adev, sebelum Anda menentukan formula, kemasan, atau harga produk, lakukan riset pasar terlebih dahulu.
Riset ini membantu Anda memahami siapa target konsumen Anda, masalah kulit apa yang ingin mereka atasi, produk seperti apa yang sedang mereka cari, dan seberapa besar daya beli mereka.
Data ini bisa diperoleh dari survei langsung, wawancara mendalam, ulasan marketplace, hingga laporan industri.
Tanpa riset yang solid, keputusan bisnis Anda akan lebih banyak didasarkan pada asumsi, bukan fakta. Hal ini sering berujung pada produk yang tidak sesuai kebutuhan pasar, sulit terjual, atau tidak mampu bersaing.
Anda bisa memulai dengan membaca panduan di artikel kami tentang investasi bisnis skincare, yang membahas potensi dan risiko secara mendalam sebelum Anda benar-benar berinvestasi.
2. Manajemen Risiko
Dalam bisnis, selalu ada hal-hal di luar kendali kita. Produksi bisa tertunda, bahan baku bisa langka, kampanye iklan bisa gagal, atau tren tiba-tiba berubah.
Di sinilah pentingnya manajemen risiko. Anda perlu memetakan risiko potensial sejak awal dan menyiapkan rencana mitigasinya.
Misalnya, memiliki dua vendor bahan baku, buffer stock, atau dana darurat untuk mengatasi penurunan penjualan.
Mitra Adev, manajemen risiko juga berarti menyadari kapan harus pivot. Jika produk tidak laku dalam tiga bulan, apa langkah Anda selanjutnya? Menjual dengan bundling? Reposisi brand? Atau menghentikan lini tersebut dan fokus pada varian yang lebih menjanjikan?
Bisnis yang sehat bukan hanya yang tumbuh cepat, tapi yang tangguh menghadapi tantangan.
3. Adaptasi
Tren skincare berubah sangat cepat, mulai dari bahan aktif populer (seperti Niacinamide atau Centella Asiatica), kemasan ramah lingkungan, hingga gaya komunikasi yang disukai Gen Z.
Brand yang tidak bisa beradaptasi akan ditinggalkan konsumen. Bahkan produk yang bagus pun bisa ketinggalan zaman jika tidak diperbarui secara berkala.
Adaptasi bisa berbentuk reformulasi produk, peremajaan kemasan, rebranding, hingga eksplorasi kanal distribusi baru seperti TikTok Shop atau live shopping. Anda juga perlu terbuka terhadap feedback konsumen dan cepat meresponsnya.
Untuk gambaran nyata tentang dinamika ini, silakan baca artikel kami mengenai bisnis skincare cepat kaya, yang membahas realita keras sekaligus peluang luar biasa di industri ini.
Dengan menggabungkan riset pasar yang tajam, sistem manajemen risiko yang kuat, dan mentalitas adaptif, Mitra Adev, Anda bisa menciptakan brand skincare yang bukan hanya bertahan, tetapi juga berkembang dalam jangka panjang.
Kalau Anda ingin melihat jenis produk yang bisa dikembangkan bersama kami, jangan ragu untuk menjelajahi katalog lengkap Adev dan hubungi tim kami.
Bersama, kita bisa wujudkan produk skincare impian Anda menjadi bisnis yang siap bersaing di pasar.
Apakah Anda Siap Mewujudkan Produk Skincare Impian Anda?
Mitra Adev, kegagalan bisnis skincare bukan disebabkan oleh satu faktor tunggal. Kombinasi antara riset yang lemah, branding yang tidak tepat, hingga masalah hukum bisa menjadi pemicunya.
Namun, dengan strategi yang matang, kolaborasi dengan mitra terpercaya, dan kemampuan untuk beradaptasi, peluang sukses Anda akan jauh lebih besar.
Jika Anda ingin memulai atau menyempurnakan bisnis skincare Anda, Adev siap menjadi mitra maklon terpercaya yang membantu dari riset formulasi hingga produksi siap edar.
Silakan kunjungi katalog produk kami dan temukan inspirasi formula terbaik untuk target pasar Anda.
Apabila anda tertarik memulai bisnis dengan cara maklon, maka kami rekomendasikan melihat katalog produk maklon atau promo paket maklon kami sehingga Anda mendapatkan harga dan penawaran terbaru bulan ini Juni 2025!