Panduan Investasi Bisnis Skincare: Modal, Risiko, dan Potensi Keuntungan

Investasi Bisnis Skincare

Mitra adev, di tengah meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya perawatan kulit, investasi bisnis skincare kini menjadi salah satu peluang usaha paling menjanjikan di Indonesia.

Menurut laporan Statista Market Forecast 2024, pendapatan sektor skincare nasional diproyeksikan terus bertumbuh dengan CAGR sebesar 5,7% hingga 2028, mencapai lebih dari Rp150 triliun. 

Angka ini tidak hanya menunjukkan besarnya permintaan pasar, tetapi juga menjadi sinyal positif bagi para calon pengusaha dan investor untuk segera mengambil bagian dalam industri ini.

Menariknya, data dari Kementerian Koperasi dan UKM RI menunjukkan bahwa industri kecantikan, termasuk skincare, merupakan sektor favorit bagi pelaku UMKM baru. 

Namun, terjun ke industri ini bukan sekadar mengikuti tren. Anda perlu memahami dengan matang struktur modal, strategi produksi, hingga sumber pendanaan yang paling tepat sesuai skala bisnis Anda. 

Dalam artikel ini, adev akan memandu Anda mengevaluasi kebutuhan modal berdasarkan skala usaha, menghitung ROI, mempertimbangkan sumber pendanaan, dan menyusun strategi agar bisnis skincare Anda bisa tumbuh cepat dan berkelanjutan. 

Mari kita mulai dengan hal mendasar!

Berapa Modal yang Dibutuhkan untuk Investasi Bisnis Skincare

Mitra adev, tren pertumbuhan industri skincare di Indonesia menunjukkan potensi yang semakin besar dari tahun ke tahun. 

Berdasarkan laporan Statista Market Forecast 2024, pendapatan segmen skincare di Indonesia diproyeksikan tumbuh dengan CAGR (Compound Annual Growth Rate) sebesar 5,7% hingga 2028, mencapai lebih dari Rp150 triliun. 

Di sisi lain, data dari Kementerian Koperasi dan UKM RI juga mencatat bahwa sektor kecantikan, termasuk skincare, menjadi salah satu sektor dengan tingkat permintaan tertinggi dari pelaku UMKM baru. 

Jika Anda berminat untuk memulai bisnis dengan cara maklon, Klik Gambar di bawah ini untuk terhubung dengan CS Kami melalui Chat Whatsapp.

 

Promo Makloon Terus 2025

Namun, untuk bisa ikut meraup peluang tersebut, penting bagi Anda untuk memahami struktur modal yang dibutuhkan sejak awal, karena setiap skala bisnis skincare memiliki kebutuhan biaya yang berbeda-beda.

Banyak calon pebisnis skincare yang terlalu fokus pada branding atau formulasi tanpa mempertimbangkan realitas modal awal yang harus disiapkan. 

Oleh karena itu, mari kita bedah skala investasi berdasarkan tingkatan usaha, agar Anda bisa menentukan langkah strategis sesuai kapasitas dan target bisnis Anda.

1. Skala Mikro (Rumahan atau Pre-order)

Untuk Mitra adev yang ingin memulai dengan risiko rendah, skala mikro adalah pilihan tepat. Modal awal berkisar antara Rp50–100 juta, yang mencakup biaya formulasi produk, sample produksi, kemasan standar, desain logo, serta launching awal di platform marketplace dan media sosial. 

Model ini biasanya digunakan untuk sistem pre-order atau penjualan terbatas melalui reseller.

Kelebihan dari skala ini adalah fleksibilitas tinggi dan biaya operasional yang ringan. Anda bisa mulai dari rumah tanpa menyewa tempat dan menjalankan pemasaran digital dengan konten organik. 

Meski margin lebih kecil, skala ini cocok untuk Anda yang ingin melakukan product market fit terlebih dahulu sebelum melakukan ekspansi.

2. Skala Kecil-Menengah

Jika Anda sudah memiliki konsep brand yang lebih matang dan ingin tampil profesional sejak awal, maka Anda membutuhkan modal di kisaran Rp200–500 juta. 

Budget ini sudah mencakup pengembangan formula eksklusif, kemasan custom (premium), legalitas produk (BPOM & halal), desain visual branding yang lengkap, produksi awal 1.000–2.000 pcs, serta biaya iklan digital.

Pada tahap ini, penting juga untuk mengalokasikan dana untuk strategi pemasaran berbayar seperti influencer marketing, ads di Instagram/TikTok, hingga pembuatan landing page e-commerce. 

Mitra adev, pendekatan ini lebih kompetitif dan membuka peluang untuk menjangkau pasar yang lebih luas dan cepat.

3. Skala Menengah–Profesional

Jika Anda menargetkan pasar massal, ekspor, atau membuka gerai offline (seperti outlet di mall atau klinik sendiri), maka Anda perlu menyiapkan modal antara Rp1–2 miliar.

Investasi ini mencakup biaya produksi massal, pembangunan gudang, rekrutmen tim sales dan operasional, sistem ERP, serta kampanye digital & offline marketing skala besar.

Kebutuhan lainnya termasuk pembelian peralatan penunjang seperti mesin pengisi otomatis, peralatan laboratorium mini untuk R&D internal, hingga stok logistik untuk mendukung lonjakan permintaan. 

Mitra adev, pada level ini Anda juga perlu mempertimbangkan ekspansi ke pasar luar negeri, yang artinya diperlukan sertifikasi tambahan dan kemampuan produksi dalam volume besar secara konsisten.

Mitra adev, seberapapun besar skala yang Anda pilih, jangan lupa untuk menyisihkan dana cadangan atau buffer sebesar 10–20% dari total modal. Ini penting untuk mengantisipasi hal-hal tidak terduga seperti keterlambatan produksi, revisi desain, atau penyesuaian harga bahan baku. 

Dengan perencanaan modal yang tepat sejak awal, langkah Anda membangun bisnis skincare akan jauh lebih terarah dan minim risiko.

Pilihan Sumber Pendanaan: Modal Sendiri, Investor, atau Pinjaman

Mitra adev, dalam laporan terbaru yang dirilis oleh PwC Indonesia Startup Outlook 2024, salah satu tantangan utama dalam membangun bisnis skincare adalah menentukan strategi pendanaan yang paling sesuai dengan visi dan fase pertumbuhan usaha. 

Lebih dari 65% pelaku usaha kecantikan yang disurvei menyatakan bahwa salah memilih sumber dana di tahap awal berdampak pada lambatnya pertumbuhan dan tingginya tekanan arus kas dalam dua tahun pertama. 

Oleh karena itu, sebelum memutuskan memproduksi skincare dengan brand sendiri, penting bagi Anda memahami pilihan pendanaan yang tersedia, beserta kelebihan dan risikonya.

Setiap model pendanaan memiliki dampak langsung terhadap arah bisnis Anda, mulai dari tingkat kontrol terhadap keputusan strategis, hingga kecepatan ekspansi dan besarnya risiko finansial. 

Dalam bagian ini, kita akan mengulas tiga opsi utama yang bisa Anda pertimbangkan: modal sendiri (bootstrapping), pendanaan dari investor, dan pinjaman modal dari institusi keuangan.

Simak dengan saksama agar Anda bisa memilih yang paling cocok dengan profil bisnis Anda saat ini.

1. Modal Sendiri (Bootstrapping)

Menggunakan modal pribadi adalah pendekatan paling sederhana dan umum dilakukan oleh pemula. Kelebihan utamanya adalah Anda memiliki kontrol penuh atas bisnis, tanpa harus berkompromi dengan visi atau strategi jangka panjang. 

Mitra adev, karena tidak ada pihak eksternal yang terlibat, proses pengambilan keputusan menjadi lebih cepat dan fleksibel. 

Anda bebas menentukan arah branding, formula produk, hingga strategi pemasaran, tanpa perlu menyetujui banyak pihak.

Namun, keterbatasan dana pribadi bisa menjadi penghambat ekspansi. Banyak brand yang kesulitan scale-up karena modal hanya cukup untuk produksi awal dan promosi terbatas. Hal ini menyebabkan pertumbuhan bisnis berjalan lambat dan sulit bersaing dengan brand yang memiliki dukungan finansial lebih besar. 

Maka dari itu, strategi bootstrapping cocok jika Anda ingin memulai dari skala kecil dengan pertumbuhan bertahap, dan siap untuk terus reinvest dari keuntungan awal.

2. Investor (Angel Investor, Venture Capital, Partner Strategis)

Jika Anda menargetkan pertumbuhan cepat dan berskala besar, mendekati investor bisa menjadi pilihan logis. 

Investor seperti angel investor atau venture capital tidak hanya membawa dana segar, tapi juga pengalaman, jaringan distribusi, dan keahlian dalam strategi brand building. 

Ini memberi peluang besar bagi Anda untuk meluncurkan produk secara masif dan menjangkau pasar lebih luas dalam waktu singkat.

Namun, konsekuensinya adalah Anda harus berbagi kepemilikan saham dan menerima bahwa beberapa keputusan strategis akan melibatkan pihak lain. 

Beberapa investor juga mungkin menuntut ROI dalam waktu tertentu, yang bisa menciptakan tekanan tersendiri bagi pebisnis baru. 

Mitra adev, pastikan Anda memilih investor yang sejalan dengan visi brand Anda dan memiliki track record di industri kecantikan atau FMCG.

3. Pinjaman (KUR, Bank, Fintech Lending)

Bagi Mitra adev yang ingin mempertahankan kepemilikan penuh namun membutuhkan dana tambahan, pinjaman dari institusi keuangan bisa menjadi solusi. 

Saat ini, tersedia banyak program pendanaan seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan bunga rendah, atau pinjaman digital dari fintech dengan proses yang lebih cepat dan fleksibel. 

Keuntungannya, Anda tidak perlu memberikan saham usaha, hanya perlu memastikan arus kas cukup untuk membayar cicilan tepat waktu.

Namun, perlu dicatat bahwa pinjaman tetap membawa risiko. Jika tenor atau bunga tidak sesuai dengan kemampuan finansial bisnis, bisa menimbulkan beban jangka panjang. 

Oleh karena itu, sebelum mengambil pinjaman, pastikan Anda sudah memiliki proyeksi keuangan yang realistis, termasuk break-even point dan rencana pembayaran yang matang. Jangan sampai pinjaman justru menjadi beban yang menghambat pertumbuhan.

Mitra adev, sesuaikan pilihan pendanaan dengan fase bisnis Anda saat ini, kecepatan pertumbuhan yang diinginkan, serta sejauh mana Anda siap berbagi kontrol atau mengambil risiko. 

Bila Anda sudah menentukan jalur pendanaan yang tepat, adev siap mendampingi Anda membangun bisnis skincare dari nol, mulai dari perencanaan hingga produk siap edar dengan izin resmi. 

Menghitung Potensi ROI dan Analisis Risiko

Mitra adev, dalam laporan terbaru Cosmetic Business Outlook 2024 yang dirilis oleh GlobalData, industri skincare dinobatkan sebagai salah satu sektor consumer goods dengan potensi ROI (Return on Investment) tertinggi, bahkan melebihi sektor F&B dalam skala UMKM.

Riset tersebut menunjukkan bahwa brand skincare yang dikelola dengan strategi matang dapat menghasilkan ROI hingga 80% dalam tahun pertama. 

Namun, tingginya potensi keuntungan juga diiringi dengan berbagai risiko yang harus diperhitungkan sejak awal. 

Oleh karena itu, penting bagi Anda untuk tidak hanya fokus pada laba, tetapi juga membangun sistem mitigasi risiko yang solid agar bisnis tetap berkelanjutan.

Dalam bagian ini, kita akan membahas cara menghitung potensi ROI secara realistis, serta bagaimana Anda dapat mengidentifikasi dan memitigasi risiko utama yang biasa terjadi dalam bisnis skincare. 

Dengan pemahaman yang kuat mengenai angka dan potensi tantangan, Anda bisa mengambil keputusan lebih strategis dan menghindari kerugian jangka panjang. 

Mari kita mulai dengan menghitung ROI, lalu lanjut ke aspek risiko yang tidak kalah penting.

1. Menghitung ROI Skincare

Mitra ADEV, untuk mengetahui apakah bisnis Anda menguntungkan, Anda bisa menggunakan rumus sederhana ROI:

ROI = (Laba Bersih / Investasi Awal) × 100%

Sebagai contoh, jika Anda memulai investasi sebesar Rp300 juta, lalu dalam 12 bulan berhasil menghasilkan omzet Rp600 juta, dengan total biaya operasional mencapai Rp350 juta, maka laba bersih yang Anda peroleh adalah Rp250 juta. Dengan demikian:

ROI = (Rp250 juta / Rp300 juta) × 100% = 83% per tahun

Angka ini tentu sangat menarik bagi investor maupun Anda sendiri sebagai pemilik bisnis. ROI di atas 50% di tahun pertama merupakan indikator bahwa produk Anda memiliki respons pasar yang baik dan manajemen operasional yang efisien. 

Namun tentu saja, angka ini harus dipantau secara berkala, terutama jika Anda berencana scale-up.

Evaluasi ROI secara rutin, misalnya setiap kuartal, akan membantu Anda memahami performa bisnis secara real-time. 

Anda bisa menyesuaikan strategi penjualan, promosi, atau pengembangan produk jika ROI menunjukkan tren penurunan. Dengan begitu, Anda selalu selangkah lebih cepat menghadapi perubahan pasar.

2. Analisis Risiko

Di balik potensi ROI tinggi, bisnis skincare juga memiliki risiko yang tidak bisa diabaikan. Salah satu risiko utama adalah biaya formulasi yang tinggi, terutama jika produk Anda perlu melalui banyak tahapan trial & error sebelum mencapai versi final yang stabil dan efektif. 

Untuk mengatasinya, ADEV menyarankan strategi soft launch dan program sampling sebelum produksi massal. 

Ini memungkinkan Anda menguji pasar dengan biaya terbatas, sekaligus mendapatkan feedback awal dari konsumen.

Risiko berikutnya adalah regulasi dan legalitas produk, terutama terkait BPOM dan label halal. Jika produk Anda tidak memenuhi ketentuan, bukan hanya gagal edar, tapi juga berpotensi ditarik dari pasar. 

Maka dari itu, pastikan Anda bekerja sama dengan maklon terpercaya seperti adev yang menyediakan dukungan uji laboratorium, registrasi legal, dan pelaporan keamanan produk sesuai standar.

Tak kalah penting, perubahan tren yang cepat juga bisa menjadi tantangan. Skincare adalah industri yang sangat dinamis, apa yang laku tahun ini, belum tentu diminati tahun depan. 

Untuk itu, Anda perlu mendiversifikasi formula dan jenis produk sejak awal, serta terus mengikuti tren melalui riset pasar dan uji coba inovasi baru secara berkala.

Terakhir, risiko yang sering tidak disadari adalah ketidaksiapan teknologi dan proses produksi saat bisnis mulai scale-up. Banyak brand gagal memenuhi permintaan pasar karena keterbatasan kapasitas maklon atau proses manual yang tidak scalable. 

Di sinilah adev bisa menjadi solusi strategis. Kami memiliki sistem produksi modern, digitalisasi quality control (QC), dan kapasitas besar untuk mendukung pertumbuhan brand skincare Anda dari kecil hingga besar.

Mitra adev, memahami potensi ROI dan risiko adalah fondasi penting sebelum Anda terjun sepenuhnya ke bisnis skincare. 

Adev hadir bukan hanya sebagai maklon, tapi juga sebagai mitra strategis Anda dalam memetakan peluang, mengoptimalkan investasi, dan menghindari kesalahan mahal di tahap awal. 

Lihat katalog layanan lengkap kami hari ini, dan mulai perjalanan bisnis skincare Anda bersama partner yang benar-benar peduli pada pertumbuhan Anda!

Strategi Menarik Investor untuk Bisnis Skincare Anda

Mitra adev, dalam laporan Global Beauty Industry Investment Landscape 2024 yang dirilis oleh Euromonitor International, disebutkan bahwa investor kini semakin selektif dalam memilih brand skincare yang ingin mereka danai. 

Alih-alih hanya melihat tren pasar, para investor mencari bisnis dengan fondasi yang jelas, roadmap pertumbuhan yang realistis, dan diferensiasi produk yang kuat. 

Faktanya, lebih dari 65% investasi baru di sektor kecantikan tahun ini masuk ke brand yang mampu menunjukkan kesiapan operasional, strategi pemasaran digital yang tajam, dan validasi pasar sejak dini. 

Jadi jika Anda ingin menarik minat investor ke dalam bisnis skincare Anda, persiapan yang matang bukan lagi pilihan, tapi keharusan.

Di bagian ini, adev akan memandu Anda menyusun langkah-langkah strategis agar proposal bisnis Anda terlihat kredibel dan menarik di mata investor, baik itu angel investor, venture capital, maupun mitra strategis dari industri retail kecantikan. 

Dengan pendekatan yang terstruktur dan profesional, bukan tidak mungkin Anda bisa mengamankan pendanaan yang dibutuhkan untuk scale-up lebih cepat dan efektif.

1. Buat Pitch Deck Profesional

Langkah pertama untuk meyakinkan investor adalah menyiapkan pitch deck yang solid dan berbasis data. 

Pastikan Anda menyertakan hasil riset pasar dari sumber tepercaya seperti Beauty Industry Outlook atau Euromonitor untuk menunjukkan potensi pertumbuhan industri skincare di Indonesia. 

Jangan lupa jelaskan peluang ceruk pasar (niche market) yang Anda bidik, misalnya produk untuk kulit sensitif, anti-aging, atau skincare halal.

Pitch deck Anda juga harus memuat roadmap produk, apa saja inovasi yang akan Anda rilis dan bagaimana strategi pemasaran digital akan dijalankan. 

Tambahkan proyeksi keuangan 3 tahun ke depan, termasuk asumsi pendapatan dan alokasi anggaran marketing. 

Jangan ragu menampilkan contoh produk nyata dan desain kemasan yang sudah dikembangkan. Ini akan menunjukkan bahwa Anda tidak hanya punya ide, tapi juga eksekusi yang matang.

2. Validasi Model Bisnis

Mitra adev, salah satu indikator paling kuat yang dilihat investor adalah validasi pasar. Sebelum mencari dana besar, lakukan soft launch atau pre-order untuk mengukur antusiasme konsumen terhadap produk Anda. 

Data konkret seperti jumlah tester yang laku, engagement media sosial, atau repeat order bisa menjadi bukti kuat bahwa pasar menerima brand Anda dengan baik.

Feedback dari pelanggan awal akan menjadi bahan evaluasi penting bagi Anda sekaligus bahan jualan untuk calon investor. 

Dengan menunjukkan bahwa produk Anda sudah diuji pasar dan memiliki traction, Anda memberikan sinyal bahwa bisnis ini bukan sekadar konsep, tapi sudah punya potensi tumbuh yang nyata.

3. Tawarkan Partnership Strategis

Untuk meningkatkan daya tarik di mata investor, Anda juga bisa mengajukan skema kolaborasi dengan mitra strategis. 

Misalnya, kerjasama dengan marketplace seperti Shopee atau Tokopedia untuk eksklusif launching, atau dengan klinik kecantikan dan spa lokal untuk distribusi awal. 

Langkah ini bisa meningkatkan eksposur brand sekaligus memperkuat positioning produk di pasar.

Anda juga bisa mempertimbangkan joint venture dengan brand existing yang ingin berekspansi ke lini skincare. 

Model seperti ini biasanya lebih cepat mengakselerasi distribusi dan pencapaian target market.

Untuk menghindari potensi risiko, pastikan semua kerja sama dikaji dari sisi legal dan brand positioning, seperti yang dibahas di artikel kami tentang bisnis skicare overclaim.

4. Tunjukkan Kompetensi Operasional

Investor ingin tahu bahwa Anda siap dari sisi produksi dan legalitas. 

Maka penting untuk menyampaikan bahwa bisnis Anda didukung maklon terpercaya seperti adev yang menyediakan layanan lengkap mulai dari formulasi, uji stabilitas, sampai legalitas BPOM dan sertifikat halal. 

Ini memberi kepercayaan bahwa proses produksi Anda aman, terstandarisasi, dan scalable.

Selain itu, tampilkan sistem quality control (QC), batch control, dan dokumentasi produksi yang Anda miliki. 

Jangan lupa tunjukkan desain kemasan yang premium, karena packaging adalah elemen pertama yang dinilai konsumen maupun investor. 

Dengan menampilkan bahwa brand Anda sudah dikelola secara profesional, Anda meningkatkan kredibilitas di hadapan calon pemodal.

Mitra adev, investor hanya tertarik pada bisnis yang tahu apa yang mereka kerjakan. Dengan menyusun strategi presentasi yang kuat dan bukti nyata kesiapan operasional, Anda bisa membuka pintu ke peluang pendanaan lebih luas. 

Jika Anda membutuhkan partner maklon terpercaya untuk menunjang kredibilitas brand skincare Anda, adev siap mendampingi. 

Lihat katalog layanan kami sekarang dan mulai wujudkan bisnis skincare Anda dengan dukungan yang tepat dari hulu ke hilir!

Alternatif Investasi: Saham Perusahaan Kosmetik

Mitra adev, jika Anda ingin mengeksplorasi cara lain untuk berinvestasi di sektor skincare tanpa terjun langsung ke produksi, investasi saham perusahaan kosmetik bisa menjadi pilihan menarik. 

Misalnya, Unilever Indonesia (UNVR) mencatat laba bersih Rp 1,23 triliun di kuartal I 2025, meski turun tahunan, posisinya kuartal-ke-kuartal justru naik signifikan. 

Sementara itu, Kalbe Farma (KLBF) terus ekspansi ke pasar ekspor dan rutin membayar dividen menarik sebesar 45–55% dari laba bersih. 

Di level global, saham seperti Estée Lauder (EL) menawarkan diversifikasi ke segmen prestige. Ini membuka peluang bagi Anda untuk mendapatkan return finansial sambil tetap melekat di industri kecantikan.

1. Unilever Indonesia (UNVR)

Sebagai pemain besar di segmen personal care & home care, UNVR mencatat laba bersih Rp 1,23 triliun pada kuartal I 2025, meski turun tahunan, menunjukkan stabilitas setelah transformasi go‑to‑market dan peningkatan strategi digital.

Di sisi lain, forum investor menyoroti adanya tekanan profitabilitas dan kompetisi ketat dari brand lokal, sehingga investor perlu berhati-hati.

2. Kalbe Farma (KLBF)

Emiten farmasi ini rutin membagikan dividen 45–55% bagi pemegang saham, dan pada semester I 2024 mencatat pertumbuhan laba 18,4% serta ekspansi ke pasar Timur Tengah dan Afrika.

Diversifikasi bisnis ke OTC dan medis-estetika (seperti filler) meningkatkan potensi pertumbuhan jangka panjang.

3. Estée Lauder (EL)

Sebagai pemain global di segmen prestige skincare dan makeup, EL menawarkan exposure ke pasar internasional, terutama Amerika, Eropa, dan Asia, dan memiliki track record profit serta cash flow yang kuat.

Penutup

Investasi di bisnis skincare dapat menjadi peluang optimal jika dikelola dengan matang:

  1. Siapkan modal sesuai skala dan rencana growth.
  2. Pilih sumber pendanaan yang relevan—apakah modal sendiri, investor, atau pinjaman.
  3. Hitung potensi ROI dan analisis semua risiko.
  4. Buat pitch menarik untuk investor dengan dukungan data valid dan testimoni.
  5. Alternatif lain adalah invest di saham cosmetics untuk diversifikasi risiko.

Mitra adev, jika Anda ingin segera fokus pada pengembangan brand skincare tanpa repot urus produksi, R&D, dan legalitas, adev siap menjadi mitra maklon kredibel Anda. 

Kami menyediakan layanan formulasi, produksi, packaging, hingga BPOM dan halal. 

Mulai investasi Anda sekarang dengan cek katalog adev dan wujudkan brand skincare Anda dengan dukungan profesional dan strategi yang tepat! 

Apabila anda tertarik memulai bisnis dengan cara maklon, maka kami rekomendasikan melihat katalog produk maklon atau promo paket maklon kami sehingga Anda mendapatkan harga dan penawaran terbaru bulan ini Juli 2025!